Bagi sebagian para penikmat olahraga sepakbola mungkin masih
mengingat kejadian menarik pada gelaran Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan yang
rupanya merubah dunia sepakbola untuk selamanya. Ya, ketika itu, Tim Nasional
Jerman bersua dengan Tim Nasional Inggris pada babak 16 besar helatan terbesar
sepakbola di jagat bumi raya. Kala itu, anak asuh Fabio Capello tertinggal
2-1 dari Der Panzer. Dua gol Tim Nasional Jerman dicetak oleh Miroslav Klose di
menit ke 20 dan Lukas Podolski pada menit ke 32. Sementara itu, satu gol Tim
Nasional Inggris dicetak oleh Matthew Upson.
![]() |
| Source: indosport.com |
Ketika pertandingan berjalan seru dan sedang mengejar
ketertinggalan, terjadilah suatu tragedi yang merugikan tim nasional Inggris.
Sepakan keras yang ditembakkan Frank Lampard membentur tiang atas gawang yang
dijaga Manuel Neuer dan mendarat di dalam gawang. Namun, bola terpantul keluar
dan dapat “diselamatkan” oleh sang kiper. Malang bagi Lampard yang sudah
berselebrasi, gol yang ia ciptakan justru dianggap tidak masuk oleh wasit yang
memimpin laga saat itu, Jorge Larrionda. Usai kejadian itu, mental pemain
Inggris semakin merosot dan harus menerima kekalahan 4-1 setelah Thomas Muller
mencetak gol di menit ke 67 dan 71.
Merubah Dunia Sepakbola dengan VAR
Usai kejadian itu, para petinggi FIFA mulai menyadari
kelemahan sepakbola dan mulai mengembangkan teknologi demi mendapatkan hal yang
lebih baik untuk olahraga sepakbola bagi tim di seluruh dunia. Akhirnya, FIFA
pun mengembangkan teknologi bernama VAR (Video Assistant Referee). VAR sendiri
merupakan teknologi yang diciptakan khusus untuk digunakan dalam pertandingan
demi membantu kinerja wasit dalam mengawasi pertandingan melalui sudut pandang
yang tidak dapat secara jelas dilihat oleh wasit. Secara garis besar, disini
sang pengadil lapangan hijau dibantu oleh rekaman video dalam mengawasi
jalannya pertandingan.
Dalam penggunaan VAR (Video Assistant Referee), akan ada
beberapa kamera yang di pasang pada seluruh lapangan demi menunjang kinerja
wasit. Kamera tersebut merekam sepanjang pertandingan. Ketika terjadi hal
kontroversial, wasit bisa melihat video yang sudah direkam oleh kamera dan
wasit menentukan hasil dari perkara tersebut.
Video assistant referee atau VAR ini dapat digunakan oleh
wasit untuk membuat keputusan yang akurat. Terdapat empat hal yang
memperbolehkan seorang wasit menggunakan VAR. Yaitu ketika terjadi gol
kontroversial, keputusan penalti, kartu merah dan sanksi atau pelanggaran yang
tidak terlihat oleh mata wasit. Namun tak hanya itu saja, VAR juga dilengkapi
dengan kamera 3D yang terdapat di sekitar gawang untuk mengawasi garis gawang
dan juga offside.
Baca juga: PERANG TEKNOLOGI KIAN MEMANAS, TAK AKAN ADA LAGI KOMPUTER DAN SOFTWARE ASING DI CINA
Ketika terjadi hal yang membuat wasit membutuhkan bantuan
VAR (Video Assistant Referee), wasit tersebut akan memberikan isyarat kepada
wasit yang berada di balik layar VAR sebagai pengawas untuk mengulang kejadian
yang ingin dilihat. Selain wasit melihat sendiri kejadian melalui layar kecil
di pinggir lapangan, bisa juga asisten wasit yang masuk ke dalam tim VAR
merekomendasikan untuk meninjau ulang suatu kejadian. Para asisten wasit di
balik layar VAR yang berjumlah 3-4 orang akan memberitahu wasit di lapangan
melalui alat sejenis headset kalau terjadi hal yang terlihat kontroversial.
Salah satu contoh penggunaan VAR adalah pada kompetisi Piala
Dunia 2018 lalu di Rusia. Kala itu, para asisten wasit di balik layar VAR
bekerja di dalam VOR (Video Operating Room) di sebuah gedung di Moskow. Selain
4 orang asisten wasit, ada juga 4 orang Reply Operator yang memiliki tugas
untuk menyediakan tayangan terbaik dari berbagai sisi kamera sebagai bahan
tinjauan. Para Reply Operator ini mengawasi sebanyak 33 buah kamera yang
terdapat di setiap sudut lapangan pertandingan. Dari ke 33 kamera itu terdapat
12 kamera super lambat untuk menayangkan tayangan ulang secara lebih jelas
kepada wasit.




facebook
twitter
google+
fb share